Ayah Sayang Bunda

Ayah Sayang Bunda
Brlajar Mengerti, Arti Kehidupan

Minggu, 22 April 2012

James Bon Pemburu Geng Motor



TEMPO.COJakarta- Ratusan pria cepak bersenjata pedang samurai, parang, balok, yang memburu anak-anak muda geng motor dua pekan lalu diduga kuat adalah anggota TNI. Liputan utama majalah Tempo edisi 23 April 2012 mengungkap, tentara yang ikut menyerbu geng motor sesungguhnya bukan anggota pasukan tempur. Mereka biasa disebut James Bon--tentara penjaga mes dan kebon atawa tanah kosong milik TNI. 
Untuk mengatasi itu, polisi sampai membentuk tim pengusut gabungan. Tim ini melibatkan Polda Metro Jaya serta Polisi Militer dari TNI Angkatan Laut, Angkatan Darat, dan Angkatan Udara. "Antisipasi bila ada tentara yang terlibat," kata juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto. "Kalau cuma sipil, kami yang akan menangani."
Sejauh ini, tim telah memeriksa lebih dari 20 saksi dan korban. Polisi Militer Angkatan Darat pun sudah memeriksa belasan prajurit. Hasilnya, tim mengetahui pola serangan dan ciri-ciri penyerang. Saat beraksi, misalnya, para penyerbu memasang pita berwarna kuning pada lengan kiri. Mereka pun bergerak rapi, berkomunikasi dengan istilah khusus, dan menyerang tiba-tiba tanpa banyak cakap. 
Sejumlah ungkapan para penyerang didengar saksi dan korban. Misalnya, ada panggilan "Dan" untuk komandan. Sebelum dihajar, beberapa korban ditanyai, "Kamu Y-Gen, ya?" Ini adalah nama klub motor di Jakarta yang cukup disegani. Selain terkenal di arena balap liar, anggota klub ini kerap main tangan bila di jalan cekcok dengan pengendara lain. (Baca: Ada Letnan yang Jadi Penggerak Kelompok Penyerbu)
Diduga kelompok balap motor inilah yang menjadi pemicu serangan balasan dari geng cepak berpita kuning. Sejak awal, banyak yang menduga serangan dipicu kematian Kelasi Satu Arifin Sirih, 25 tahun. Anggota staf khusus Panglima Komando Armada Barat itu tewas dikeroyok sejumlah orang di arena balap liar Kemayoran, di Jalan Benyamin Sueb, Pademangan, Jakarta Utara.
Pengeroyokan Arifin bermula dari cekcok antara sopir truk dan pengemudi minibus, Sabtu dinihari, 31 Maret lalu. Peserta dan penonton balap liar turut marah karena kedua orang itu bertengkar di dekat garis start. Setelah dimarahi, sopir truk meminggirkan kendaraan. Tapi posisi truk masih miring dan menghalangi jalan. Hal itu kembali membuat "anak-anak motor" murka, lalu mengerubuti sang sopir.
Di saat genting itulah Arifin, yang berboncengan dengan temannya, Kelasi Satu Albert Tabra, datang melerai. Tapi kedatangan Arifin justru memanaskan situasi. Dia akhirnya digebuki hingga tewas. (Baca: Dikeroyok, Arifin Diteriaki 'Ambon Bawa Sangkur')
Polisi hingga kini belum mengumumkan hasil pengusutan tim gabungan.  Menurut sumber Tempo, ada saja yang mengganggu kerja tim. Ketika mereka menyidik lokasi kejadian, misalnya, ada aparat berseragam dan berpakaian preman yang wira-wiri. "Mereka tak mengganggu langsung, tapi kami merasa diawasi," kata seorang penyidik. 
Penyelidikan terhadap Akbar dan Sugeng, dua tentara yang tertembak saat penyerbuan di Jalan Pramuka, juga belum banyak menemui hasil. Akbar, misalnya, baru sekali diinterogasi. Kepada tim, ia mengaku berada di lokasi kerusuhan ketika jalan-jalan dengan teman. Saat ditanya siapa teman itu, Akbar menjawab, "Tidak tahu." Jawaban Akbar ini, menurut seorang sumber, membuat berang polisi militer yang menginterogasinya. "Kamu bodoh atau pura-pura bodoh?" 
Hingga Kamis sore pekan lalu, menurut sumber Tempo, tim gabungan belum menerima barang bukti berupa proyektil dan jelaga pada baju kedua anggota laskar. Proyektil diperlukan untuk mengetahui jenis senjata yang dipakai. Jelaga dibutuhkan untuk mengetahui jarak dan arah tembakan. 
JAJANG JAMALUDIN | MUSTAFA SILALAHI | GADI MI | PINGIT A | PRIHANDOKO 
Berita Terkait Lainnya 


foto
Ibunda Kelasi Arifin. TEMPO/Yohanes Seo
TEMPO.COJakarta - Hingga Ahad 22 April 2012, polisi menyebutkan telah menangkap lima terduga pengeroyok Kelasi Arifin Siri pada 31 Maret 2012 lalu. Dua di antaranya ditangkap Ahad dinihari di dua lokasi berbeda. Keduanya adalah Michael Tri Fernando, 20 tahun, dan Andrian Yudi Islami, 22 tahun. Dalam pengeroyokan pada 31 Maret 2012 malam itu, Michael disebut sebagai provokator yang membuat aksi pengeroyokan itu berujung tewasnya Arifin.

"Jadi dia (Michael, red) yang teriak bahwa ada orang Ambon ngamuk bawa sangkur," kata Komisaris Besar Rikwanto, juru bicara Polda Metro Jaya, Ahad 22 April 2012.

Menurut Rikwanto, Michael meneriaki Arifin yang mencoba menyabetnya dengan sangkur. Ini terjadi setelah Michael menaiki truk kontainer yang baru saja bersenggolan dengan Avanza. Saat Michael naik ke atas kontainer, Kelasi Arifin yang melihatnya itu langsung menyuruh Michael turun.

Arifin, kata Michael, mengeluarkan sangkurnya sambil menyuruh dirinya turun. Arifin juga sempat menyabet Michael dengan sangkurnya, tapi tidak kena. "Michael sempet hampir dibacok, tapi tidak kena," kata Rikwanto. "Setelah itu, Michael teriak 'ada orang Ambon ngamuk pakai sangkur'."

Teriakan Michael akhirnya mengerakkan orang-orang yang ada di sana. Mereka tergerak ingin tahu sampai akhirnya Kelasi Arifin dikeroyok.

Sementara pelaku pengeroyokan berikutnya, yaitu Fance, disebut Rikwanto ditangkap polisi karena ikut memukuli Arifin. "Fance memukuli Arifin menggunakan bambu," kata Rikwanto.

Adapun Andrian alias Pance, menurut Rikwanto, mengambil dompet milik Arifin dan membagi-bagikan uang dari dompet tersebut kepada rekan-rekannya. "Ngakunya uang yang diambil Rp 15 ribu," kata Rikwanto. Adrian juga memukuli Kelasi Arifin dengan bambu.

Kelima tersangka pengeroyokan itu diancam dengan Pasal 170 KUHP tentang Tindak Penyerangan Secara Bersama-sama, dengan ancaman kurungan di atas lima tahun. "Hukumannya di atas 5 tahun penjara," kata Rikwanto. 







foto
Ilustrasi. TEMPO/Iqbal Lubis


Mereka, kata Tjahjo, menghajar siapa pun remaja yang ditemuinya. Di Salemba, Jakarta Pusat, anak penjual teh botol tewas setelah dianiaya karena ikut lari ketika mereka datang. “Kabar ini perlu dicek kebenarannya.”

Pada 13 April, aksi mereka menyebabkan delapan orang terluka dan satu orang tewas, yakni Anggi Darmawan. Dugaan bahwa mereka tentara muncul dari saksi yang menyaksikan aksi yang terakhir. (baca: Solidaritas TNI di Balik Aksi Geng Motor)

Juru bicara Mabes TNI, Laksamana Iskandar Sitompul, menyatakan institusinya belum bisa memastikan kebenaran kabar yang diperoleh Tjahjo. “Praduga tak bersalah harus dikedepankan,” kata Iskandar.

Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, kata Iskandar, memerintahkan pengusutan kasus kekerasan geng motor yang melibatkan prajurit militer dipercepat. "Panglima mengatakan harus dipilih dan dipilah, yang salah katakan salah, yang benar katakan benar," kata Iskandar Sitompul.

Menurut Iskandar, dugaan keterlibatan empat prajurit TNI Angkatan Darat telah dimunculkan oleh Panglima Kodam Jaya Mayor Jenderal Waris, dua hari lalu. Mereka anggota pasukan Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) VI Tanjung Priok, Jakarta Utara, yakni Sersan Dua Yogi Pramana, Sersan Dua Jaka Trima, Prajurit Kepala Mazuri, dan Prajurit Satu M. Khotibul Imam. Soal keterlibatan prajurit TNI Angkatan Laut, masih diusut oleh Polisi Militer AL.

Kelasi Satu Arifin Siri tewas akibat pengeroyokan di Pademangan, Jakarta Utara, pada 31 Maret lalu. Joshua Raynaldo Radja Gah, 21 tahun, dijadikan tersangka dalam kasus itu. Pengeroyokan tersebut diduga memicu serangkaian kekerasan oleh gerombolan orang berambut cepak dan mengendarai sepeda motor, yang menyebabkan dua orang tewas dan belasan orang lainnya terluka pada 7-8 April dan 13 April lalu.

Penyerangan pada 7 April 2012 dilakukan di SPBU Shell, Jalan Danau Sunter Utara, Jakarta Utara. Dalam peristiwa ini, seorang tewas dan dua lainnya luka berat. Sedangkan pada 8 April, penyerangan terjadi di Jalan Benyamin Sueb, Kemayoran, Jakarta Pusat, yang membuat empat orang menderita luka bacok.

MUNAWWAROH 




ANGGOTA GENG MOTOR SEBUT OPRASI ABU ABU





Anggota Geng Motor Sebut Operasi Abu-abu  

TEMPO.COJakarta - Seorang sumber Tempoyang termasuk dalam geng motor penyerang pada 7, 8, dan 13 April 2012 silam, menyebut operasinya sebagai operasi abu-abu. “Ini operasi abu-abu, kami tidak dapat perintah resmi, tetapi juga tak dilarang,” kata sumber tadi.

Ditemui kemarin malam, ia mengatakan pembentukan kelompok itu merupakan reaksi atas meninggalnya Kelasi Satu Arifin Siri di Pademangan. Kelompok itu dibuat karena polisi dianggap lamban menangani kasus ini.

Sumber Tempo tadi mengatakan kasus ini bermula saat sebuah truk tak dapat melintas karena jalan di Pademangan tertutup oleh geng motor. PT DOK Bau Bahari, perusahaan pemilik truk itu, memiliki hubungan dengan salah seorang perwira Angkatan Laut.

Sumber tadi mengatakan, setelah mendapat laporan penghadangan truk, Kelasi Satu Arifin Siri dan Albert Tabra diutus untuk menyelesaikan masalah itu. Namun, masalah tak selesai, Arifin malah tewas setelah dikeroyok oleh massa geng motor.

Kecewa dengan penanganan polisi yang lambat, akhirnya mereka membentuk kelompok tersebut. “Untuk menunjukkan bahwa, kalau polisi tidak bergerak, kami akan bergerak,” katanya. Lambatnya pengusutan kasus inilah yang membuat kelompok tersebut muncul sepekan setelah meninggalnya Kelasi Satu Arifin. “Kami memberi waktu kepada polisi menyelesaikan kasus ini terlebih dulu,” tutur dia.

Ia berpendapat, lambatnya penanganan oleh polisi diakibatkan keterlibatan seseorang dalam geng motor YGEN, pengeroyok Arifin hingga tewas. “Tetapi hampir 70 persen kami yakin ia bukan pembunuh Arifin,” ujar dia.

Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) Jaya, Mayor Jenderal Waris, sebelumnya membeberkan nama-nama anak buahnya yang terlibat dalam pengeroyokan geng motor pada 13 April 2012. Keempat anggotanya itu berasal dari Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) VI Tanjung Priok. Mereka antara lain Serda Yogi Pramana, Serda Jaka Trima, Praka Mazuri, dan Pratu M. Khotibul Imam.

"Mereka menerima ajakan SMS dari teman-temannya," katanya, Jumat 20 April 2012. Sejauh ini, kata Waris, mereka belum terbukti melakukan tindakan anarkistis. "Hanya motor-motoran, belum terbukti ikut-ikut bacok."

foto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar